Selasa, 06 Maret 2018

Ulasan Mahar untuk Maharani

Mahar untuk Maharani
Ketika rasa tumbuh dengan sendirinya
Ketika harapan terasa menggebu dalam dada
Ketika keduanya hanya saling terdiam, saling menerka-nerka
Maka tak ada pikiran lain selain saling mempertanyakan
Saling bertanya pada diri
Tapi, bukan itu yang diharapkan
Hanya butuh kepastian, hanya butuh jawaban atas pertanyaan
Bukan hanya sekedar menunjukkan perasaan
Apalagi untuk seorang perempuan yang selalu menanti kedatangan
Ia tanpa pernah ragu untuk mengatakan siap menunggu
Walaupun baginya menyegerakan adalah hal yang paling ditunggu
Pertanyaan terus dipertanyakan
Jawaban untuk kedatangan tidak mendapat kepastian
Karena satu dan lain hal
Mungkin jawaban dari semua itu adalah keberjarakan
Ya, tanpa mengikat sebuah hubungan dan merelakan semuanya
Meskipun tidak siap
Sebegitu sulitkah memperjuangkan?
Atau mungkinkah hanya keraguan yang ada dalam benak?

Setelah baca novel Mahar untuk Maharani, jadi greget sendiri dengan sosok Salman ataupun dengan laki-laki lain dalam dunia nyata yang sama seperti sosok Salman. Karena memang ada - Memang pilihan yang dihadapkan pada Salman cukup berat, merelakan Maharani untuk dinikahi orang lain atau ia maju dengan kondisi yang belum meyakinkan orangtua Maharani. Salman pun akhirnya memilih pilihan yang kedua, maju mendatangi pak Umar dan Maharani dengan pekerjaan sebagai petani - Ya, menjadi petani. Lulusan sarjana biologi UI menjadi petani. Sungguh tidak punya perencaan hidup yang matang, mungkin ini hanya sebuah keterpaksaan anggapnya. Tentu saja pak Umar memilih lelaki lain yang dapat menjamin masa depan anaknya. Tapi bukankah ini adalah suatu hal yang perlu direnungkan? Ketika Salman membulatkan tekadnya untuk maju menemui keluarga Maharani, maka Allah pun turut hadir di dalamnnya. Allah tidak tinggal diam, Allah sedikit demi sedikit membukakan jalannya, membukakan pintu rizki baginya. Tapi ada takdir lain yang menghampiri Salman. Lamaran dari temannya, yang telah membantu untuk menemukan rizki itu dimana, Ajran.
Ending ceritanya membuat air yang tiba-tiba mengalir dari ujung mata, rasa sesak masih terasa, dan berpikir atas jalan cerita lainnya. Semua ini terasa sangat menyadarkan, inilah hidup - yang harus menerima setiap ketetapan-Nya, suka ataupun tidak, ketetapan itu pasti akan terjadi. 🙂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar